Refreshing, Sekaligus Rasakan Aroma Nasionalisme
Jogjakarta
tidak hanya memiliki obyek wisata alam dan budaya yang memesona. Wisata edukasi
dan sejarahnya pun tak bisa disepelekan. Nggak percaya ? Tengok saja Museum Dirgantara
Mandala Jogjakarta. Di tempat ini, rangkaian peran sejarah perang kemerdekaan
hingga perjalanan tentara matra udara republik ini terangkum.
Biasanya, museum adalah tempat wisata paling tidak
menarik bagi banyak orang. Tempatnya monoton, kadang kurang terawat dan
terkesan membosankan. Belum lagi, tidak ada pemandangan yang menyejukkan di
museum. Namun, segera hilangkan kesan itu ketika mengunjungi Museum Dirgantara
Mandala di Jogjakarta. Dijamin deh, bakalan betah di museum ini. Terlebih, jika
mengajak anak-anak usai TK hingga SMP. Mereka bisa jadi enggan diajak pulang
karena bisa langsung melihat pesawat-pesawat terbang milik TNI AU yang sudah
tak lagi digunakan.
Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul
berbatasan dengan Kabupaten Sleman. Tepatnya di Komplek Pangkalan Udara (Lanud)
TNI-AU Adisucipto Jogjakarta. Kalau dari arah Kota Surakarta, setelah sampai di
pertigaan Janti, belok ke kiri. Mulut masuk museum tersebut ada di sisi kiri
jalan dari arah utara, tepat setelah fly over Janti persis di turunan.
Terpampang tulisan besar nama museum di tempat ini, sehingga memudahkan
pengunjung.
Dari pos penjagaan POM TNI AU, jalan masuk ke
museum tidak terlalu jauh. Kalaupun harus jalan kaki, tidak akan membuat capek
atau napas terengah. Lumayan lah untuk olahraga. Nah, begitu sampai di ruang
utama, pemandangan sudah sangat mengasyikkan. Hamparan rumput hijau di depan
museum, dipadu dengan pepohonan besar rindang. Hawa terasa sejuk meski berada
tak jauh dari pusat kota Jogjakarta. Sesekali, suasana museum dipecahkan oleh
suara berbagai jenis pesawat komersial yang akan take off maupun landing di
Bandara Adisucipto.
“Iya, ini
sedang mengantar anak. Katanya museum ini bagus. Ternyata memang betul. Di
depan museum, pemandangannya oke. Ada beberapa pesawat yang dipajang. Jadi
menambah keasyikan tersendiri. Bagi anak-anak bagus. Bisa wisata sekaligus
belajar sejarah,” ujar Indah Dwi Andika, seorang ibu warga Purworejo yang
datang bersama dua anaknya.
Museum Dirgantara Mandala ini banyak menampilkan
sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan
udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam
jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari
pesawat tersebut adalah milik tentara Jepang yang digunakan oleh Angkatan Udara
Indonesia (AURI), saat kemerdekaan.
Begitu masuk ke museum, berbagai jenis pesawat
menyambut dan memberi pandangan dan kesan luar biasa. Di dalam ruangan ini,
pesawat-pesawat yang dipakai untuk perang kemerdekaan hingga mempertahankan
kedaulatan RI di udara dipamerkan. Mulai dari Zero, C-47 Dakota, P-51 Mustang,
F-86 Sabre hingga sederet pesawat buatan Rusia dari jenis Mig dipamerkan.
Lengkap dengan nama pesawat, jenis, tahun pembuatan dan negara produsennya. Kondisinya,
meski jelas sudah tidak bisa terbang, masih terbilang bagus. Bahkan ada juga
helikopter pertama produksi Indonesia yang pernah dinaiki oleh first lady
Fatmawati, istri Presiden RI pertama Ir Soekarno.
Di sisi lain museum, ditempati berbagai alutsista
(alat utama sistem senjata) milik TNI AU. Beberapa di antaranya adalah rudal
antipesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa senapan yang
dipakai oleh pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu itu. Beberapa
pesawat, dirancang bisa dinaiki oleh pengungjung. Tentu saja secara statis,
tidak diterbangkan. Jadi siapapun bisa langsung tahu keadaan di dalam pesawat,
dan teknologi yang sudah ada saat itu.
“Hebat ya negara ini. Pada zaman perang kemerdekaan
sudah punya dan bisa mendidik kadet penerbang. Bahkan, bisa menyerang Belanda
di Semarang dan Ambarawa dengan pesawat. Meski bukan pesawat baru saat itu, itu
sudah sangat membanggakan,” kata Andri Hutama, warga Magelang yang juga
berkunjung ke Museum Dirgantara Mandala Jogjakarta bersama keluarganya.
Museum ini pun banyak menceritakan sejarah
keterlibatan TNI AU untuk menegakkan Merah Putih. Mulai dari sejarah Agresi
Militer Belanda II yang menyerangkan Lanud Adisucipto (waktu itu masih bernama
Maguwo). Di sekuel ini, dalam sebuah diorama diceritakan bagaimana perjuangan
penghabisan para anggota Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara Maguwo. Di sisi
ini, museum menyimpang potongan C-47 VTCLA yang ditumpangi para perwira TNI AU,
Adisucito, Adisumarmo dan Abdulrahman Saleh. Pesawat itu jatuh karena ditembak
Belanda dan para perwira ini gugur. Selain kisah ini, masih banyak diorama lain
di museum. Oh ya, jangan lupa. Di dalam museum, pengunjung terutama anak-anak,
bisa menyewa baju pilot dan berfoto di dalam museum.
Di halaman museum, ada beberapa koleksi pesawat
legendaris milik TNI AU yang dipajang. Di antaranya, A-4 Skyhawk dan PBY
Catalina. Yang disebut terakhir ini adalah pesawat amphibi yang bisa take off
maupun landing dari air. Kemudian, di satu sudut halaman museum, terdapat sebuah alut sista buatan bekas Uni Sovyet.
Nama pesawatnya TU-16. Indonesia pernah memiliki belasan dengan beberapa tipe
jenis pesawat yang dijuluki Badger oleh Amerika itu. Salah satunya yang
terkenal adalah TU-16 KS. Karena kekuatan deterrence pesawat inilah, Belanda
angkat kaki dari Papua, sehingga Trikora berakhir dan Pulau Cenderawasih itu
kembali ke pangkuan RI.
“Setelah ke museum ini, saya baru sadar kalau
negara kita pernah memiliki kekuatan luar biasa di Asia,” ujar Sukamto,
pengunjung museum. Ya, jadi kalau berkunjung ke Museum Dirgantara Mandala
Jogjakarta, tak hanya hati dan pikiran yang fresh. Di dada kita, nasionalisme bakal
semakin kuat tertanam. (Ayub/*)