LEBIH DEKAT DENGAN KAMI DI -FB:Majalah SuryaMedia dan TWITTER: @SuryaMediacom-

SURYA MEDIA

08/09/15

Museum Dirgantara Mandala Jogjakarta


Refreshing, Sekaligus Rasakan Aroma Nasionalisme


Jogjakarta tidak hanya memiliki obyek wisata alam dan budaya yang memesona. Wisata edukasi dan sejarahnya pun tak bisa disepelekan. Nggak percaya ? Tengok saja Museum Dirgantara Mandala Jogjakarta. Di tempat ini, rangkaian peran sejarah perang kemerdekaan hingga perjalanan tentara matra udara republik ini terangkum.
Biasanya, museum adalah tempat wisata paling tidak menarik bagi banyak orang. Tempatnya monoton, kadang kurang terawat dan terkesan membosankan. Belum lagi, tidak ada pemandangan yang menyejukkan di museum. Namun, segera hilangkan kesan itu ketika mengunjungi Museum Dirgantara Mandala di Jogjakarta. Dijamin deh, bakalan betah di museum ini. Terlebih, jika mengajak anak-anak usai TK hingga SMP. Mereka bisa jadi enggan diajak pulang karena bisa langsung melihat pesawat-pesawat terbang milik TNI AU yang sudah tak lagi digunakan.
Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kabupaten Sleman. Tepatnya di Komplek Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Adisucipto Jogjakarta. Kalau dari arah Kota Surakarta, setelah sampai di pertigaan Janti, belok ke kiri. Mulut masuk museum tersebut ada di sisi kiri jalan dari arah utara, tepat setelah fly over Janti persis di turunan. Terpampang tulisan besar nama museum di tempat ini, sehingga memudahkan pengunjung.
Dari pos penjagaan POM TNI AU, jalan masuk ke museum tidak terlalu jauh. Kalaupun harus jalan kaki, tidak akan membuat capek atau napas terengah. Lumayan lah untuk olahraga. Nah, begitu sampai di ruang utama, pemandangan sudah sangat mengasyikkan. Hamparan rumput hijau di depan museum, dipadu dengan pepohonan besar rindang. Hawa terasa sejuk meski berada tak jauh dari pusat kota Jogjakarta. Sesekali, suasana museum dipecahkan oleh suara berbagai jenis pesawat komersial yang akan take off maupun landing di Bandara Adisucipto.
 “Iya, ini sedang mengantar anak. Katanya museum ini bagus. Ternyata memang betul. Di depan museum, pemandangannya oke. Ada beberapa pesawat yang dipajang. Jadi menambah keasyikan tersendiri. Bagi anak-anak bagus. Bisa wisata sekaligus belajar sejarah,” ujar Indah Dwi Andika, seorang ibu warga Purworejo yang datang bersama dua anaknya.
Museum Dirgantara Mandala ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara Jepang yang digunakan oleh Angkatan Udara Indonesia (AURI), saat kemerdekaan.
Begitu masuk ke museum, berbagai jenis pesawat menyambut dan memberi pandangan dan kesan luar biasa. Di dalam ruangan ini, pesawat-pesawat yang dipakai untuk perang kemerdekaan hingga mempertahankan kedaulatan RI di udara dipamerkan. Mulai dari Zero, C-47 Dakota, P-51 Mustang, F-86 Sabre hingga sederet pesawat buatan Rusia dari jenis Mig dipamerkan. Lengkap dengan nama pesawat, jenis, tahun pembuatan dan negara produsennya. Kondisinya, meski jelas sudah tidak bisa terbang, masih terbilang bagus. Bahkan ada juga helikopter pertama produksi Indonesia yang pernah dinaiki oleh first lady Fatmawati, istri Presiden RI pertama Ir Soekarno.
Di sisi lain museum, ditempati berbagai alutsista (alat utama sistem senjata) milik TNI AU. Beberapa di antaranya adalah rudal antipesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa senapan yang dipakai oleh pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu itu. Beberapa pesawat, dirancang bisa dinaiki oleh pengungjung. Tentu saja secara statis, tidak diterbangkan. Jadi siapapun bisa langsung tahu keadaan di dalam pesawat, dan teknologi yang sudah ada saat itu.
“Hebat ya negara ini. Pada zaman perang kemerdekaan sudah punya dan bisa mendidik kadet penerbang. Bahkan, bisa menyerang Belanda di Semarang dan Ambarawa dengan pesawat. Meski bukan pesawat baru saat itu, itu sudah sangat membanggakan,” kata Andri Hutama, warga Magelang yang juga berkunjung ke Museum Dirgantara Mandala Jogjakarta bersama keluarganya.
Museum ini pun banyak menceritakan sejarah keterlibatan TNI AU untuk menegakkan Merah Putih. Mulai dari sejarah Agresi Militer Belanda II yang menyerangkan Lanud Adisucipto (waktu itu masih bernama Maguwo). Di sekuel ini, dalam sebuah diorama diceritakan bagaimana perjuangan penghabisan para anggota Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara Maguwo. Di sisi ini, museum menyimpang potongan C-47 VTCLA yang ditumpangi para perwira TNI AU, Adisucito, Adisumarmo dan Abdulrahman Saleh. Pesawat itu jatuh karena ditembak Belanda dan para perwira ini gugur. Selain kisah ini, masih banyak diorama lain di museum. Oh ya, jangan lupa. Di dalam museum, pengunjung terutama anak-anak, bisa menyewa baju pilot dan berfoto di dalam museum.
Di halaman museum, ada beberapa koleksi pesawat legendaris milik TNI AU yang dipajang. Di antaranya, A-4 Skyhawk dan PBY Catalina. Yang disebut terakhir ini adalah pesawat amphibi yang bisa take off maupun landing dari air. Kemudian, di satu sudut halaman museum, terdapat  sebuah alut sista buatan bekas Uni Sovyet. Nama pesawatnya TU-16. Indonesia pernah memiliki belasan dengan beberapa tipe jenis pesawat yang dijuluki Badger oleh Amerika itu. Salah satunya yang terkenal adalah TU-16 KS. Karena kekuatan deterrence pesawat inilah, Belanda angkat kaki dari Papua, sehingga Trikora berakhir dan Pulau Cenderawasih itu kembali ke pangkuan RI.
“Setelah ke museum ini, saya baru sadar kalau negara kita pernah memiliki kekuatan luar biasa di Asia,” ujar Sukamto, pengunjung museum. Ya, jadi kalau berkunjung ke Museum Dirgantara Mandala Jogjakarta, tak hanya hati dan pikiran yang fresh. Di dada kita, nasionalisme bakal semakin kuat tertanam. (Ayub/*)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar